Luwu, 20 September 2024 – Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dan sosialisasi Program Kampung Sehati di Aula kantor Dinas Kesehatan. Program ini bertujuan untuk memperbaiki sanitasi di tiga kecamatan, yaitu Suli, Suli Barat, dan Bajo Barat.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu, H. Alimuddin Hasyam, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Andi Husnawati, serta para camat, kepala puskesmas, dan surveilans dari tiga kecamatan tersebut. Selain itu, 17 kepala desa yang terdampak banjir juga turut hadir.
Koordinator Wilayah LKC Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan, Imran, menjelaskan bahwa Program Kampung Sehati merupakan bagian dari upaya intervensi terhadap stunting dengan mencegah penyebaran penyakit akibat sanitasi yang buruk, seperti diare dan tifoid. “Pada tahun 2024, 17 desa di tiga kecamatan akan menjadi target program ini, dengan total 200 rumah tangga yang terdampak banjir beberapa bulan lalu,” jelas Imran.
Sekretaris Dinas Kesehatan, H. Alimuddin Hasyam, menyampaikan dukungan penuh dari pemerintah Kabupaten Luwu terhadap program ini. “Semoga ini menjadi langkah awal yang baik untuk memulai kerja sama yang berkelanjutan,” tuturnya. Program Kampung Sehati juga merupakan bagian dari Pilar 1 Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang bertujuan untuk mendorong perilaku hidup bersih dan sehat.
Fasilitator Program Kampung Sehati, Dea Adinda Putri, menguraikan hasil assessment yang menunjukkan kebutuhan penerima manfaat program sangat bervariasi, mulai dari kloset, semen, pasir, gorong-gorong, hingga pipa. Sekretaris Desa Poringan, Jail, menyatakan kesiapan desanya untuk menjadi desa pertama yang menerapkan program ini.
Seperti yang kita ketahui, Stunting adalah kondisi di mana anak memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari standar usianya, yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang selama 1.000 hari pertama kehidupan. Stunting dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan kognitif dan fisik anak, kapasitas produktif, kesehatan, dan risiko penyakit degeneratif seperti diabetes.
Untuk mengatasi stunting, berbagai program intervensi telah dikembangkan. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah memfokuskan pada 11 program intervensi spesifik yang diarahkan pada dua fase pertumbuhan: fase ibu hamil dan fase bayi usia 0-24 bulan. Program-program ini mencakup:
- Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak-anak.
- Peningkatan akses ke layanan kesehatan bagi ibu hamil dan anak-anak.
- Pendidikan gizi untuk ibu dan keluarga.
- Pemberian suplemen zat besi dan asam folat untuk ibu hamil.
- Pemberian imunisasi lengkap untuk anak-anak.
- Peningkatan sanitasi dan akses air bersih.
- Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan anak.
- Pemantauan pertumbuhan anak secara rutin.
- Pemberian vitamin A untuk anak-anak.
- Pemberian obat cacing untuk anak-anak.
- Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting.
Acara ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama oleh seluruh peserta yang hadir, serta penyerahan simbolis program Kampung Sehati dari pihak LKC Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu.(*)